Pajak Hotel di Kyoto Naik 10 Kali Lipat Mulai Tahun 2026
Pajak hotel di Kyoto, Jepang, akan mengalami kenaikan signifikan mulai Maret 2026. Kenaikan ini mencapai 10 kali lipat dari tarif awal, dan berlaku khusus untuk hotel di wilayah tersebut. Aturan ini diperkenalkan sebagai respons terhadap isu overtourism yang semakin mengkhawatirkan di Jepang.
Penyebab Kenaikan Pajak Hotel
Kenaikan pajak hotel di Kyoto terjadi setelah jumlah turis asing yang berkunjung ke Jepang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024. Tahun lalu, jumlah kunjungan mencapai 36,9 juta orang, meningkat sebesar 15,6 persen dibandingkan dengan 2019. Meskipun angka ini memberi dampak positif bagi perekonomian, ada masalah lain yang muncul, seperti peningkatan polusi dan keramaian di tempat-tempat wisata favorit, termasuk Gunung Fuji.
Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang telah mengonfirmasi bahwa kenaikan pajak hotel di Kyoto pertama kali diajukan pada Maret 2024. Ini merupakan kenaikan pertama sejak pajak tersebut diperkenalkan pada Oktober 2018.
Struktur Tarif Pajak Hotel yang Berbeda
Saat ini, pajak akomodasi di Kyoto dibatasi maksimal sebesar 1.000 yen atau sekitar Rp 108.000 per malam. Setelah kenaikan, tarif pajak akan bervariasi tergantung pada kelas hotel yang dinaiki tamu:
- Hotel mewah: Tamu harus membayar pajak 10.000 yen atau sekitar Rp 1 jutaan per malam.
- Hotel dengan tarif 50.000–99.999 yen (Rp 5,4 juta hingga Rp 10 juta): Dikenakan pajak sebesar 4.000 yen atau sekitar Rp 435.000 per malam.
- Hotel dengan tarif 20.000–49.999 yen (Rp 2,1 juta hingga Rp 5,3 juta): Dikenakan pajak sebesar 1.000 yen atau sekitar Rp 108.000-an per malam.
- Hotel murah dengan tarif 6.000–19.999 yen (Rp 600.000 hingga Rp 2,1 juta): Dikenakan pajak sebesar 400 yen atau sekitar Rp 44.000 per malam.
Dengan kenaikan pajak ini, pendapatan kota dari pajak akomodasi diperkirakan naik dari 5,2 miliar yen (sekitar Rp 565 miliar) menjadi 12,6 miliar yen (sekitar Rp 1,3 triliun).
Tujuan Kenaikan Pajak
Pajak hotel di Kyoto tidak dimaksudkan untuk menghalangi turis datang ke Jepang, melainkan untuk memastikan bahwa wisatawan dapat menanggung biaya tindakan pencegahan terhadap overtourism. Menurut Nicholas Smith, Direktur Digital di agen perjalanan daring Thomas Cook, pajak-pajak ini dirancang untuk berinvestasi kembali pada hal-hal yang membuat kota menarik, seperti pelestarian budaya, transportasi umum, kebersihan, dan manajemen pengunjung yang lebih baik.
Smith juga menambahkan bahwa wisatawan yang memilih akomodasi premium biasanya lebih mementingkan kualitas dan orisinalitas. Ketika mereka melihat bahwa kontribusi mereka mendukung keberlanjutan lokal dan meningkatkan destinasi, hal ini justru meningkatkan pengalaman mereka.
Upaya Mengurangi OverTourism
Selain kenaikan pajak, pemerintah Jepang juga merencanakan beberapa langkah untuk mengurangi tekanan pada infrastruktur dan komunitas lokal. Dana pajak hotel akan digunakan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan, meningkatkan layanan bagi pengunjung internasional, serta menjalankan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang adat istiadat dan etika setempat.
Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk membuat layanan bus ekspres yang menghubungkan Stasiun Kyoto dengan tempat-tempat wisata menarik, sehingga membantu mengurangi kemacetan.
Kesimpulan
Pajak hotel di Kyoto yang naik 10 kali lipat adalah langkah penting dalam menghadapi tantangan overtourism. Meski kenaikan ini bisa terdengar mahal, tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan kenyamanan masyarakat lokal. Dengan pendanaan yang tepat, Jepang berharap dapat menjaga daya tarik kota sambil tetap menjaga lingkungan dan budaya setempat.