Picture of Admin

Admin

Table of Contents

Festival Budaya Yogyakarta 2025 Digelar Akhir Pekan Ini di Gunungkidul

Pemerintah Daerah Yogyakarta akan menyelenggarakanFestival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 di Kabupaten Gunungkidul pada 11-18 Oktober. Mengusung tema “Adoh Ratu, Chedak Watu”, acara ini merupakan wujud perayaan adat dan kebudayaan masyarakat setempat.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakhsmi Pratiwi menyampaikan bahwa FKY sedang mengalami perubahan dari hanya sebagai tempat pertunjukan menjadi sebuah forumkebudayaan yang mengadakan perayaan objek budaya bersama masyarakat.

Festival Budaya Yogyakarta sedang mengalami perubahan, me-rebrandingdiri menjadi sebuah festival yang bukan hanya sekadar panggung pertunjukan, tetapi menjadi forum budaya yang berusaha merayakan objek budaya bersama seluruh pelakunya,” kata Dian saat konferensi pers diYogyakarta, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Gunungkidul jadi Tuan Rumah

Sejak diselenggarakan pada tahun 2023, FKY diadakan dengan sistem berpindah tempat dari satu kabupaten ke kabupaten lain di DIY sesuai rute yang telah ditentukan.rebrandinglima tahunan. Setelah Kulon Progo dan Bantul, tahun ini Gunungkidul menjadi tuan rumah dengan fokus pada objek budaya adat dan tradisi.

Dian mengatakan bahwa Gunungkidul merupakan daerah yang kaya akan budaya dan tradisi beragam, praktik-praktik yang berkembang secara alami, tumbuh bersama sejarah, diwariskan dari generasi ke generasi, serta melekat dalam interaksi sosial sehari-hari.

“Adat dan tradisi ini menjadi ciri khas yang sangat kuat di Gunungkidul. Dari segi kondisi topografi dan geografis, kabupaten ini memang muncul sebagai wilayah yang kaya akan adat istiadat dan tradisi yang sangat kuat,” katanya.

Makan Tema FKY

Dian menjelaskan, tema “Adoh Ratu, Chedak Watu” diambil dari frasa yang umum digunakan oleh masyarakat Gunungkidul, yang mencerminkan identitas dan filsafat kehidupan mereka. “Frasa ini sangat kuat terkait dengan Gunungkidul. Di dalamnya terdapat makna bagaimana kita menghormati leluhur, alam, dan Tuhan, serta menjaga keseimbangan dengan sesama manusia,” katanya.

Dian menyebutkan bahwa FKY 2025 akan diadakan di Lapangan Logandeng, Kapanewon Playen, dengan berbagai kegiatan yang tersebar di zona utara, tengah, dan selatan Gunungkidul yang melibatkan generasi muda setempat.

Kepala FKY 2025 B. M. Anggana menjelaskan tema “Adoh Ratu, Chedak Watu” yang secara harfiah berarti jauh dari raja, dekat dengan batu diartikan bukan sebagai jarak geografis terhadap kekuasaan, melainkan keterdekatannya masyarakat dengan alam dan sumber kehidupannya.

“Kalimat ini bukan menggambarkan jarak geografis, melainkan sebuah kondisi budaya yang sangat kuat. Jauh dari kekuasaan tetapi dekat dengan batu atau alam menunjukkan bagaimana masyarakat Gunungkidul memiliki ikatan yang erat dengan alam semesta dan sesama manusia,” ujar Anggana.

Ia menambahkan, FKY 2025 merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu lama mengenai kosmologi Gunungkidul sejak Mei 2025 guna memahami adat istiadat dan nilai-nilai yang masih dilestarikan oleh masyarakat.

“Saat kami memasuki Gunungkidul, kami menyadari ini adalah satu ekosistem yang memiliki kosmologi tersendiri. Kami belajar dan memahami bagaimana adat istiadat di sana dihidupi oleh masyarakat,” katanya.

Rangkaian Acara FKY

FKY 2025 akan dimulai dengan Pawai Rajakaya pada 11 Oktober di Lapangan Logandeng yang melibatkan empat kabupaten dan kota di DIY, termasuk barisan bendera desa yang merupakan pemenang dari kompetisi Panji Desa.

Selain pawai, acara tersebut juga menyediakan Pasar Raya Adat yang diikuti oleh 18 kapanewon di Gunungkidul, lomba ternak kambing Etawa, serta Pawon Hajat Kasiyat, sebuah dapur terbuka dengan tema solidaritas dan makanan bertahan hidup bersama ibu-ibu PKK dan petani Gunungkidul.

Di tempat utama, juga akan diselenggarakan pameran seni rupa residensi, pertunjukan ritual Sandhi Swara di Pantai Baron, serta FKY Rembug yang berupa diskusi budaya. “FKY ini ketika hadir sebagai festival budaya bukan hanya sekadar pawai atraksi kesenian, karena laku budaya adalah sesuatu yang dimiliki oleh masyarakat,” kata Anggana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *