PEMERINTAH DubrovnikKewalahan menghadapi jumlah pengunjung yang datang ke kota yang dikenal sebagai Mutiara Laut Adriatik. Wilayah kota tua ini berisiko kehilangan statusnya sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Untuk mengatasinya, pemerintah setempat mulai menerapkan beberapa tindakan.
UNESCO telah memberikan peringatan mengenai pengelolaan pariwisata di kota-kota Kroasia. Di sisi lain, jumlah pengunjung tetap melebihi jumlah penduduk setempat dengan rasio yang sangat tinggi, yaitu 27:1. Wali Kota Dubrovnik, Mato Frankovi, telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mengatur aliran wisatawan ke wilayah tersebut.
“Pariwisata massal bukanlah jawaban yang menguntungkan bagi Dubrovnik. Awalnya Anda merasa menang, namun pada akhirnya, justru kualitas layanan dan kualitas hidup yang berkurang. Ini hanyalah permainan yang merugikan,” katanya dikutip dariExpress UK.
Inisiatif mengendalikan wisatawan
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasiwisatawandi kota yang terkenal karenaGame of Thrones (GOT) membatasi jumlah kapal pesiar dari delapan menjadi hanya dua per hari. Kapal yang berlabuh diberi waktu minimal delapan jam, sehingga penumpang memiliki kesempatan untuk menjelajahi kota. Termasuk melihat landmark-landmark terkenal dan mengunjungi tempat-tempat syuting GOT.
Selain itu, mengontrol jumlah pengunjung menggunakan kamera CCTV. Tiket masuk Kota Dubrovnik Pass memberikan akses gratis bagi wisatawan ke enam museum, dua galeri, dan tembok kota, serta 24 jam perjalanan bus dengan harga €40 atau sekitar Rp 774 ribu. Tahun depan, pengunjung wajib memesan slot waktu untuk mengunjungi tembok kota dan museum melalui tiket tersebut.
Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Dubrovnik menetapkan batas maksimum pengunjung di dalam tembok kota sebesar 11.000 orang. Tahun ini, penurunan jumlah kedatangan wisatawan kapal pesiar juga memengaruhi jumlah pengunjung, yang tidak melebihi 10.500. Pada tahun 2019, hingga 9.500 wisatawan kapal pesiar mengunjungi kota abad pertengahan ini setiap hari selama musim puncak, ditambah mereka yang datang melalui udara atau darat.
Pembatasan kunjungan wisatawan di Kota Tua
Inisiatif perubahan tersebut dilakukan guna menghilangkan julukan Disneyland di Dubrovnik. “Ini seperti Disneyland. Ini adalah taman hiburan. Di setiap toko di sini [yang menampilkan bebek karet sambil memegang plakat ‘Saya cinta Dubrovnik’], sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kroasia,” ujar Marc van Bloemen.
Aturan terbaru mencakup pengenalan layanan pengiriman koper dengan biaya rendah, yang bertujuan mengurangi kebisingan roda koper di jalanan berbatu Dubrovnik. Aturan baru serta kebijakan pajak terkait penyewaan jangka pendek diharapkan mampu mengurangi minat warga setempat untuk menyewakan apartemen mereka guna mendapatkan keuntungan lebih besar. Hal ini, secara bertahap, bisa menyebabkan kenaikan harga kamar hotel.
Pemerintah kota juga telah membeli bangunan-bangunan di kawasan kota lama untuk disewakan kepada keluarga muda dan telah membangun sekolah di bekas istana, dengan tujuan menghidupkan kembali kota yang secara perlahan kehilangan penduduknya.
“Ini sangat penting dalam jangka panjang. Secara strategis, langkah demi langkah, kami akan memperoleh lebih banyak rumah di dalam kawasan kota. Ini merupakan metode utama untuk mengembalikan orang-orang ke pusat kota,” ujar Frankovi.