Cirebon bukan hanya kota perbatasan yang sering dilalui, tetapi juga kota yang menyimpan pesona budaya dan sejarah yang sangat hidup. Dua tempat terkenal, Keraton Kasepuhan dan Taman Wisata Goa Sunyaragi, merupakan bukti nyata bagaimana masa lalu dan spiritualitas bersatu dalam bentuk keindahan arsitektur yang menakjubkan.
Tim Wisata mengunjungi keduanya, dan pengalaman ini terasa lebih seperti perjalanan spiritual daripada sekadar berlibur.
Keraton Kasepuhan – Jejak Besar Sejarah yang Masih Hidup
Keraton Kasepuhan berada di Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon. Saat pertama kali memasuki area tersebut, kami langsung disambut oleh suasana kemegahan yang seakan mengantarkan kami kembali ke masa kejayaan kerajaan Islam di Jawa Barat. Kompleks keraton ini berdiri megah dengan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen Majapahit, Arab, dan Tiongkok yang sangat menakjubkan.
Tim Perjalanan memulai kunjungan dari bangunan Siti Hinggil yang berdiri megah dengan menggunakan batu bata merah. Lima bangunan tanpa dinding di kawasan ini melambangkan kesucian dan ajaran keimanan, sementara bangunan utama bernama Malang Semirang mencerminkan keseimbangan dalam kehidupan. Di depan kita berdiri gerbang dengan gaya Majapahit yang menjadi simbol persatuan budaya Nusantara.
Pemandu setempat menceritakan kisah Pangeran Cakrabuana, pendiri awal keraton yang berdiri pada tahun 1430, yang melepaskan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati. Dari sana, kami memperoleh pemahaman bahwa keraton ini bukan hanya sebuah istana, tetapi pusat spiritual dan pemerintahan yang menjadi jantung kehidupan masyarakat Cirebon.
Kami melintasi halaman yang luas dengan hiasan dinding berpola, lalu memasuki ruang museum yang menyimpan benda-benda bernilai sejarah. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah Kereta Singa Barong – kereta istana yang hanya digunakan pada hari Idul Fitri untuk dibawa mandi, sebagai simbol kebersihan dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Keraton Kasepuhan terasa penuh semangat. Bukan hanya sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga sebagai tempat di mana budaya masih terus berkembang. Upacara adat, seni musik gamelan, serta batik khas Cirebon menjadi bukti bahwa warisan ini masih dijaga dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Taman Wisata Goa Sunyaragi – Di Tengah Kesunyian dan Keindahan yang Sakral
Petualangan kami berlanjut menuju Taman Wisata Goa Sunyaragi, sekitar 3 km dari keraton. Nama “Sunyaragi” berasal dari kata “kesunyian raga”, dan hal itu langsung terasa ketika kami memasuki area tersebut. Suasana tenang menyatu dengan alunan suara air yang mengalir dari kolam-kolam kecil yang ada di sekitar kompleks gua batu karang.
Dibangun pada tahun 1703 oleh Pangeran Kararangen, tempat ini awalnya berfungsi sebagai lokasi meditasi dan tempat istirahat bagi keluarga kerajaan. Desain arsitektur yang menarik – penggabungan gaya Timur Tengah, Jawa klasik, dan Tiongkok kuno – menciptakan bentuk gua buatan yang mirip dengan candi dengan relief yang indah.
Tim Pariwisata menjelajahi lorong-lorong gua seperti Gua Peteng dan Gua Lawa. Setiap ruang memiliki makna spiritual khusus. Contohnya, Gua Peteng diyakini sebagai tempat untuk bermeditasi guna mencapai ketenangan jiwa. Cahaya yang masuk melalui celah batu menciptakan suasana yang misterius tetapi tenang.
Di sudut tertentu taman, kami menemukan Patung Garuda dan Patung Perawan Sunti, dua lambang yang dianggap mewakili kekuatan dan kesucian. Berdasarkan cerita warga, siapa pun yang belum menikah dan menyentuh patung Perawan Sunti akan sulit menemukan pasangan – sebuah mitos yang menjadikan tempat ini semakin menarik perhatian.
Pemandu menjelaskan bahwa dahulu kawasan ini dikelilingi oleh danau dan juga berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap serangan penjajah. Bahkan, terdapat ruang bawah tanah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan latihan prajurit keraton.
Sekarang, Taman Wisata Goa Sunyaragi tampak menarik dengan adanya jalur jalan kaki, area taman, serta penerangan yang estetis. Sore hari merupakan waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini karena sinar matahari yang mengenai batu karang menciptakan suasana yang lebih dramatis.
Berjalan di antara gua-gua batu itu terasa seperti membuka sebuah buku sejarah. Setiap langkah membawa kisah – tentang kepercayaan, strategi perang, hingga cinta seorang raja terhadap perdamaian.
Menyelesaikan perjalanan kami di Cirebon, dua tempat ini menawarkan pengalaman yang berbeda. Keraton Kasepuhan menyentuh sisi sejarah dan budaya, sedangkan Goa Sunyaragi membangkitkan sisi spiritual dan ketenangan batin. Keduanya mengajarkan bahwa wisata sesungguhnya bukan hanya tentang lokasi, tetapi juga tentang memahami diri sendiri dan menghargai warisan nenek moyang.***