Mengapa Film Malin Kundang Dikembangkan Dua Sutradara
Pengambilan Keputusan untuk Kolaborasi dengan Sutradara Muda
Sebagai produser, Joko Anwar memiliki alasan yang kuat dalam mempercayakan film terbarunya, Legenda Kelam Malin Kundang, kepada dua sutradara muda sekaligus. Pemilihan Rafqi Hidayat dan Kevin Rahardjo sebagai sutradara dilatarbelakangi oleh keyakinannya terhadap masa depan industri perfilman dan untuk menghadirkan cerita yang relevan. Dalam wawancara dengan sebuah media pada Jumat, 31 Oktober 2025, Joko Anwar menjelaskan alasan di balik keputusan itu dengan nada tenang tapi penuh keyakinan. “Ada dua alasannya,” katanya. “Yang pertama, karena visi kami sebagai rumah produksi memang untuk membuat film yang bagus, tapi juga membuka pintu bagi filmmaker muda untuk berkarya.”
Bagi Joko, industri film tak akan bisa tumbuh tanpa regenerasi. Ia percaya, sudah saatnya generasi baru diberi ruang untuk memimpin dan bercerita dengan perspektif mereka sendiri. “Kami percaya bahwa regenerasi itu penting, bukan hanya supaya industri berkembang, tapi juga agar bisa sustainable,” ujarnya.
Keputusan itu juga sejalan dengan misi Come and See Pictures, rumah produksi yang ia dirikan. Dalam setiap proyeknya, Joko ingin memastikan ada ruang bagi talenta muda untuk belajar dan berkembang. “Kami secara aktif mencari filmmaker muda untuk bekerja sama. Supaya ada regenerasi, supaya energi baru terus masuk ke perfilman kita,” ungkapnya.
Perspektif Antar Generasi
Selain alasan regenerasi, Joko juga menilai bahwa kisah Malin Kundang sendiri sangat cocok digarap dengan kolaborasi lintas generasi. Cerita rakyat itu berbicara tentang hubungan orang tua dan anak, tema yang tak hanya klasik namun juga seakan sejalan dengan persoalan emosional lintas usia. “Kami ingin membuat cerita rakyat yang sudah lama ada di Indonesia jadi relevan untuk penonton saat ini. Dan kami percaya, cerita ini harus dipegang oleh generasi yang lebih muda dari kita,” ujarnya.

Produser film “Legenda kelam Malin Kundang”, Joko Anwar mengikuti sesi wawancara di kantor Tempo, Jakarta, 31 Oktober 2025. Tempo/Imam Sukamto
Ia lalu menambahkan dengan nada ringan, “Aku kan Gen X. Kebetulan sutradaranya dua, satu Milenial, satu Gen Z. Jadi secara perspektif generasi, film ini lengkap banget. Karena di dalamnya kami bicara tentang trauma antar generasi juga.” Bagi Joko, kehadiran dua sutradara muda bukan sekadar pelengkap, melainkan cara untuk memperkaya sudut pandang film. Ia ingin Legenda Kelam Malin Kundang menjadi refleksi yang tak hanya dilihat dari mata orang tua, tapi juga dari anak-anak muda yang mengalami dan memahami trauma dengan cara mereka sendiri.
Beri Kebebasan Penuh
Menariknya, proses kerja antara ketiganya berjalan mulus. “Aku sudah kenal lama sama Rafqi dan Kevin, jadi enggak instan. Rafqi itu dulu murid pertama dari inkubasi penulis yang aku adakan sejak 2014,” kata Joko. Sementara Kevin, awalnya hanya seorang anak magang di Come and See Pictures tiga tahun lalu. “Dia datang sebagai intern, tapi ternyata punya kemampuan kolaborasi yang tinggi dan bakat luar biasa.”
Dengan dua sutradara muda itu, Joko merasa justru menemukan keseimbangan baru, semangat eksperimental dari generasi baru dan kedisiplinan teknis yang ia tanamkan sejak awal. “Secara kreatif kami kasih kebebasan penuh ke Rafqi dan Kevin, tapi tetap ada guidelines tentang seperti apa film yang ingin kita produksi dari teknis sampai storytelling,” ujarnya.
Film Legenda Kelam Malin Kundang akan tayang di bioskop mulai Kamis, 27 November 2025.

