Curhat Alsa: Jalur Maut Jalan Ness yang Berisiko
Jalur Alternatif Jalan Ness: Kebiasaan dan Risiko yang Dihadapi Pengguna Jalan
Setiap bulan, sekitar delapan kali, warga Kota Jambi yang bekerja di Kabupaten Batang Hari melintasi Jalan Ness. Jalur alternatif ini memiliki panjang sekitar 31 kilometer dan menjadi pilihan utama bagi para pekerja karena dinilai lebih cepat dan dekat dibandingkan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum). Namun, meskipun lebih efisien, jalur ini juga menawarkan risiko yang cukup tinggi.
Alsa Dilla Wahyuni (25), seorang mahasiswi S-2 dari kampus di Kota Jambi yang berasal dari Batang Hari, setiap minggu bersepeda motor melintasi Jalan Ness untuk bolak-balik. Menurutnya, jalur ini memberikan kecepatan dan nuansa teduh yang tidak bisa ditemukan di jalur lain. Meski begitu, ia juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap keselamatan pengendara di jalur tersebut.
“Memang sering terjadi kecelakaan di sini, meskipun saya sendiri belum pernah melihat langsung. Biasanya, saya mendengar kabar dari media sosial atau berita bahwa kecelakaan sering terjadi, terutama kendaraan yang keluar jalur,” ujarnya, Minggu (12/10/2025).
Alsa menyarankan agar pengendara lebih waspada saat melintasi Jalan Ness. Ia menilai jalur ini masih banyak yang berlubang dan sempit, terlebih dengan adanya pengerjaan pelebaran jalan yang menambah tantangan bagi pengguna jalan.
“Saya berharap agar pengerjaan pelebaran jalan segera selesai, dan jalan yang rusak segera diperbaiki,” tambahnya. Ia juga memperingatkan para pengendara untuk tidak menganggap jalan tersebut seperti jalan tol, meskipun tampak lurus.
Kecepatan yang berlebihan, terutama pada pengendara sepeda motor, bisa membahayakan keselamatan diri. “Jangan samakan jalan ini dengan jalan tol. Kecepatan saat mengemudi juga harus diperhatikan demi keselamatan bersama,” jelasnya.
Pengalaman Pengguna Jalan Lainnya
Mahfudz, seorang aparatur sipil negara (ASN) yang kerap melintas di jalur tersebut, juga menyampaikan pendapat serupa. Saat ini, Mahfudz tinggal di Provinsi Jambi, namun bekerja di Batang Hari. Ia mengatakan bahwa Jalan Ness sering ia lewati, dua hari sekali, sehingga seminggu bisa empat kali bolak-balik.
Menurut Mahfudz, Jalan Ness memang sudah lebih baik dibanding sebelumnya, namun tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi. “Jalan Ness memang sudah banyak perbaikan, lubang-lubang mulai tertutup. Tapi, meskipun begitu, pengendara tetap harus hati-hati, terutama truk yang sering lewat dengan kecepatan tinggi,” katanya.
Perlu Penanganan Lebih Serius
Pengguna jalan seperti Alsa dan Mahfudz menunjukkan bahwa meskipun Jalan Ness telah mengalami perbaikan, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Lubang-lubang, jalan sempit, serta kecepatan kendaraan yang tinggi menjadi faktor utama yang perlu diperbaiki.
Dari pengalaman mereka, dapat disimpulkan bahwa keselamatan pengendara harus menjadi prioritas utama. Pemerintah dan instansi terkait perlu melakukan langkah-langkah lebih proaktif dalam memastikan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan di Jalan Ness.
Rekomendasi untuk Pengendara
Berikut beberapa rekomendasi untuk pengendara yang melintasi Jalan Ness:
- Kurangi kecepatan terutama di bagian yang sempit atau berlubang.
- Hindari kebiasaan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, karena risiko kecelakaan sangat besar.
- Perhatikan kondisi jalan secara berkala dan hindari area yang sedang dalam proses perbaikan.
- Gunakan alat keselamatan seperti helm dan jaket jika memungkinkan.
Dengan kesadaran dan perhatian yang lebih besar dari semua pihak, Jalan Ness bisa menjadi jalur yang lebih aman dan nyaman bagi pengguna jalan.

